LONDON: Inggris dan negara-negara Schengen secara kolektif memungut biaya jutaan pound dan euro dari permohonan visa yang ditolak yang berasal dari Pakistan, menurut penelitian terbaru.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Lago Collective, sekelompok peneliti, pembuat kebijakan, dan perancang, mengungkapkan bahwa masyarakat Pakistan menghabiskan £5,3 juta untuk permohonan visa Inggris yang ditolak, dengan hampir 40% permohonan ditolak pada tahun 2023.

Demikian pula, sekitar 50% permohonan visa Schengen dari Pakistan ditolak pada tahun yang sama, sehingga menghabiskan €3,344 juta untuk permohonan tersebut.

Data laporan menunjukkan bahwa dari 138.152 permohonan visa dari Pakistan pada tahun 2023, 52.927 ditolak, sedangkan 62% pemohon berhasil mendapatkan visa.

EUobserver menyoroti bahwa pemerintah Uni Eropa memperoleh €130 juta per tahun dari biaya permohonan visa yang ditolak, yang disebut ‘remittances’. Analisis menunjukkan bahwa biaya penolakan visa Schengen pada tahun 2023 saja adalah €130 juta.

Maroko dan Aljazair tercatat sebagai sumber permohonan visa terbesar ke UE. Data tersebut juga mengungkapkan bahwa tingkat penolakan visa pengunjung jangka pendek ke Eropa dan Inggris jauh lebih tinggi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Negara-negara Afrika, khususnya, menghadapi tingkat penolakan yang tinggi, dengan Ghana, Senegal, dan Nigeria mengalami tingkat penolakan sebesar 40-50%.

Analisis lebih lanjut menyatakan bahwa biaya permohonan untuk visa Schengen jangka pendek adalah €80, sedangkan untuk visa Inggris adalah £100. Negara-negara dengan tingkat penolakan visa Inggris yang tinggi antara lain Nigeria, Pakistan, Bangladesh, dan Aljazair, yang mengeluarkan biaya besar (masing-masing £5,8 juta, £5,3 juta, £2,3 juta, dan £3,6 juta).

Sebaliknya, tingkat persetujuan visa Schengen untuk India masih tinggi yaitu sekitar 85%. Untuk Pakistan, tingkat persetujuannya sebesar 50,46%, sedangkan tingkat penolakan untuk Irak tercatat sebesar 35,23%.

Sumber