Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Stéphane Dujarric, berbicara kepada wartawan pada Senin (1/7) tentang kesulitan yang dihadapi PBB dalam upaya mengirim bantuan ke Jalur Gaza.

“Tidak ada tempat yang aman di Gaza, sehingga perlu dilakukan lebih banyak upaya untuk melindungi warga sipil. Penduduk di Gaza secara rutin harus terus pindah dan mengalami lingkaran mematikan. Lagi-lagi inilah mengapa kita perlu mengakhiri konflik ini,” kata Dujarric.

“Perlu ada gencatan senjata kemanusiaan, pembebasan para sandera, yang akan mengarah pada kemampuan kita untuk mendistribusikan bantuan dengan cepat kepada semua yang membutuhkan,” tambahnya.

Dujarric kemudaian mengatakan, “OCHA (Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan) melaporkan bahwa sepanjang Juni, pemerintah Israel memfasilitasi kurang dari setengah dari 115 misi bantuan kemanusiaan yang direncanakan ke Gaza utara.”

Lebih dari sepertiganya terhambat; hampir 10 persen tidak diberi akses; dan sekitar 9 persen dibatalkan karena alasan logistik, operasional, atau keamanan.

Sebelumnya, juga pada Senin, Israel membebaskan Dr. Mohamed Abu Salmiya setelah tujuh bulan menahan Direktur RS Al-Shifa itu tanpa tuduhan. Ditanya reaksi PBB atas pembebasan itu, Dujarric mengatakan bahwa dia telah melihat laporan pers dan bahwa PBB senang dia dibebaskan tetapi sangat prihatin atas keadaannya setelah dibebaskan.

Lebih lanjut Dujarric mengatakan bahwa Dr. Salmiya bukan satu-satunya orang Palestina yang ditahan dan dibebaskan, yang kemudian mengatakan bahwa mereka telah mengalami perlakuan yang sangat tidak manusiawi.

“Menurut saya, rekan-rekan kami dalam bidang hak asasi manusia telah berbicara dengan sangat fasih tentang hal itu.” [ka/ab]

Sumber