Kelompok Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah, dan sejumlah organisasi HAM lainnya, pada Selasa (2/7), melaporkan bahwa Turki menutup beberapa penyeberangan perbatasan ke wilayah Suriah barat laut. Langkah itu dilakukan sehari setelah pasukan Turki di Suriah ditembaki warga Suriah yang memprotes kekerasan yang dialami oleh warga Suriah di Turki.

Di Turki, polisi menahan sekitar 475 orang yang diduga menyerang warga Suriah di seluruh negeri, kata Menteri Dalam Negeri Turki Ali Yerlikaya, menurut kantor berita Reuters.

Kerusuhan dimulai pada Minggu (30/6) setelah laporan di media sosial yang menyebutkan tentang seorang pria Suriah yang melakukan pelecehan seksual terhadap anak perempuan Suriah berusia 7 tahun. Mobil-mobil dan toko-toko milik warga Suriah di Kota Kayseri kemudian dibakar. Warga yang marah menyuruh warga Suriah untuk pergi.

Pengadilan di Kayseri memerintahkan penangkapan terhadap terduga pelaku. Yerlikaya mengatakan insiden tersebut sedang diselidiki.

“Korban dan keluarganya tengah berada dalam perlindungan negara,” kata Menteri Kehakiman Turki Yilmaz Tunc.

Sementara itu, kekerasan menyebar ke setidaknya empat provinsi, kata badan intelijen Turki, MIT. Sejumlah unggahan di media sosial menunjukkan warga Suriah yang terluka, memicu kekerasan di perbatasan di barat laut Suriah yang dikuasai pemberontak, tempat ribuan tentara Turki ditempatkan.

Setidaknya empat orang tewas dalam baku tembak antara pasukan Turki dan pengunjuk rasa bersenjata di Afrin, sebuah kota di Suriah yang terletak di dekat area perbatasan dengan Turki.

Di tempat lain di Suriah utara, warga sipil melemparkan batu ke arah konvoi Turki dan merobek bendera Turki.

Kerusuhan itu menyebabkan Turki menutup beberapa perlintasan perbatasan, termasuk penyeberangan Bab al Hawa dan Bab al Salam. Bab al Hawa adalah penyeberangan utama bagi manusia dan perdagangan bagi lebih dari 3 juta penduduk.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyalahkan kekacauan tersebut pada kelompok yang terkait dengan organisasi teroris.

“Kami dan saudara kami dari Suriah tidak akan jatuh ke dalam perangkap licik ini. … Kami tidak akan menyerah pada vandalisme rasis,” ungkap Erdogan.

Ketika perang saudara pecah di Suriah pada 2011, Turki menampung jutaan pengungsi Suriah, dan setidaknya 3,2 juta orang masih tinggal di negara tersebut, menurut data PBB. Turki telah menghadapi contoh kekerasan xenofobia, yang sering kali dipicu oleh rumor di media sosial atau aplikasi pesan instan.

“Tidak ada yang bisa diraih dengan terus memicu xenofobia dan kebencian terhadap pengungsi di masyarakatm” kata Erdogan.

Ia dan Presiden Suriah Bashar Assad bertemu pekan lalu dalam upaya memulihkan hubungan bilateral setelah Turki memutus hubungan dengan Suriah akibat perang saudara di Suriah. [ka/ns]

Sumber