Dalam sejarah Islam, banyak tokoh yang menjadi teladan dalam beribadah dan menjaga hubungan mereka dengan Allah SWT. Salah satu tokoh yang patut dicontoh adalah Hannad bin As-Sari, seorang ulama yang dikenal karena ketekunannya dalam beribadah di masjid selama lebih dari tujuh puluh tahun.

Sultra1news – Ahmad bin Salamah An-Nisaburi Al-Hafizh mengisahkan tentang Hannad bin As-Sari, seorang yang mudah menangis karena keimanan dan ketakwaannya. Dalam salah satu riwayatnya, Ahmad bin Salamah menceritakan kebiasaan sehari-hari Hannad dalam beribadah:

“Hannad bin As-Sari adalah orang yang mudah menangis. Pernah suatu hari setelah ia selesai mengajarkan ilmu qiraat kepada kami, ia mengambil wudhu dan berangkat ke masjid. Kemudian ia melaksanakan shalat sunnah hingga tergelincirnya matahari (tengah hari), sementara aku terus menyertainya. Setelah itu, ia pulang ke rumahnya untuk mengambil wudhu lagi, lalu datang lagi ke masjid untuk memimpin shalat zhuhur. Kemudian ia lanjutkan dengan shalat-shalat sunnah hingga datang waktu ashar. Cukup terdengar bacaan Al-Qur’an yang ia baca dalam shalat tersebut, begitu juga dengan tangisannya. Ketika tiba waktu ashar, ia pun bangkit untuk memimpin shalat ashar berjamaah. Setelah itu ia mengambil mushaf dan membacanya hingga datang waktu maghrib.”

Konsistensi dalam Ibadah
Ahmad bin Salamah melanjutkan, “Aku pernah katakan kepada salah satu tetangganya, ‘Betapa sabarnya ia dalam melaksanakan ibadah.’ Tetangga tersebut menjawab, ‘Begitulah ibadahnya yang ia lakukan di siang hari selama tujuh puluh tahun. Itu saja sudah membuatmu kagum, bagaimana jika kamu melihat ibadah yang ia lakukan di malam hari.”

Kisah ini menunjukkan betapa konsisten dan sabarnya Hannad dalam menjalankan ibadah sehari-harinya. Tidak hanya di siang hari, ia juga dikenal rajin dalam melaksanakan ibadah di malam hari.

Ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari kehidupan Hannad bin As-Sari:

Pertama, Konsistensi dalam Beribadah: Hannad menunjukkan bahwa dengan ketekunan dan konsistensi, seseorang bisa mencapai kedekatan dengan Allah SWT. Ia tidak hanya beribadah ketika ada waktu luang, tetapi menjadikan ibadah sebagai bagian utama dari kehidupannya setiap hari.

Kedua, Pengaruh Ibadah dalam Kehidupan Sehari-hari: Dengan selalu menjaga hubungan dengan Allah melalui ibadah, Hannad menjadi pribadi yang penuh dengan keimanan dan ketakwaan. Hal ini juga tercermin dari tangisannya yang sering terlihat saat ia beribadah.

Ketiga, Inspirasi bagi Generasi Selanjutnya: Kisah Hannad bin As-Sari menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk meningkatkan kualitas ibadah mereka. Keteladanannya mengingatkan kita bahwa kedekatan dengan Allah tidak dicapai dalam semalam, tetapi melalui usaha yang konsisten dan penuh kesabaran.

Hannad bin As-Sari adalah contoh nyata dari seseorang yang menjalani hidup dengan penuh ketekunan dalam beribadah.

Selama lebih dari tujuh puluh tahun, ia mengisi hari-harinya dengan ibadah di masjid, menjadi teladan bagi generasi selanjutnya.

Melalui kisah hidupnya, kita diingatkan akan pentingnya konsistensi dalam beribadah dan betapa besar pengaruhnya dalam membentuk keimanan dan ketakwaan seseorang. (MBS)

Sumber