• Esai Sejarah dr. Soegianto Sastrodiwiryo (alm.)

YEH Sanih terletak 17 km dari Singaraja dan berada sebelah timur Kubutambahan. Nama sebenarnya  adalah Ersania, yang artinya tenggara dilihat dari ibukota Kerajaan Warmadewa di Bedahulu, Klungkung.

Di Era Warmadewa, Ersania telah dikenal sebagai sebuah pertapaan yang airnya jernih dan berat. Airnya lazim dipakai obat. Bahkan Raja-raja Warmadewa sering mengunjungi pertapaan Ersania. 

Dari raja pertama 919 Masehi Ugrasena, Sri Kesari Warmadewa penggantinya dan raja-raja setelahnya banyak mengunjungi pertapaan Ersania untuk meminta nasehat atau pengobatan.

Pertapaan ini dipimpin oleh Dang Acharya ring Kasogatan Mpungku Ersania yang masih buyut dari Dang Acharya Ratnamsa dari Majapahit serta Mpu Kanakamuni, penulis buku Negara Kertagama. Mpungku Ersania bersahabat baik dengan pendeta Ciwa Mpungkuri Dharmaanyar di Gianyar. 

Sebenarnya kolam Yeh Sanih ini bukan hanya berhulu sekat pelinggih di selatan, tapi bila dirunut bisa muncul mpul atau mata air baru sekitar 2 km di tengah laut, tepat utara Yeh Sanih. Konon menurut cerita rakyat, di tengah laut ini acap kali muncul cahaya terang ke atas pada waktu-waktu tertentu. 

Penduduk percaya bahwa Sang Mpu memiliki tempat tinggal semacam istana dalam laut, tepat di mpul mata air yang muncul di pantainya. Tapi tak seorangpun berani mendatangi tempat ini. Para nelayan selalu menghindari titik ini, takut kuwalat atau dikutuk. 

Pernah sebuah kapal selam milik AL mencoba meneliti tempat yang jernih ini. Namun setelah diteliti tak ada bangunan istana atau semacamnya kecuali memang ada mata air yang amat jernih. 

Bila diteliti, kenapa mata air Yeh Sanih memancarkan semacam air yang amat jernih dan bobotnya berat. Itu disebabkan ada saluran bawah air kuno yang berasal dari Kintamani dan muncul di Yeh Sanih. 

Oleh karena itu, Pemerintah Buleleng bekerjasama untuk menjaga hutan perawan Ersania jangan sampai kering karena Kintamani untuk menjaga keberlanjutan mata air.  Jangan sampai rusak oleh pengayau pohon-pohon hutannya. 

Dolok acapkali mandi di Yeh Sanih saat SMA karena setelah menyelam di kolam suci ini badan terasa segar dan jarang sakit. Masih segar di ingatan Dolok saat camping di Yeh Sanih bersama kawan-kawan SMA-nya ada seorang dara lokal yang sering mandi di muara sungai namanya Rencina. 

Bagi Dolok dan Putu Ngurah Mangku, bodi Rencina benar-benar natural. Perasaan Dolok menggelora setiap bertemu Rencina mandi sore hari. Benar-benar alamiah dan aduhai. Orangnya kalem, tak banyak bicara. 

Sayang, terakhir Rencina diambil seorang pemuda desa yang jadi tameng, tepat waktu G 30 S/PKI. Rupanya pemuda itu memanfaatkan timing untuk bisa mengawini Rencina. Tapi kejadian seperti ini lazim terjadi di masa-masa sekitar Gestapu. 

Lagu yang biasa dinyanyikan oleh Putu Ngurah Mangku yang baru kelas 2 SMA adalah lagu India yang dinyanyikan oleh Shakila “Aisheba Unski Jarra Kiun Harnim Bakkarakadia.” “Sabna Sara Sepu Hare. Sandenin Onehin Sandenin Nehe.” 

Lagu ini sering dinyanyikan oleh Mangku dan Dolok saat pertemuan reuni tahunan di rumah Benky Bagoes Oka, putera Ibu Gedong Bagoes Oka dari Karangasem. Memang sebuah kenangan indah akan musnah begitu saja bila yang empunya kenangan telah perlaya atau meninggal. Tapi bila ditulis dengan telaten akan menjadi warisan indah buat anak cucu. 

Kini tak ada lagi yang bisa ditulis oleh generasi bangkotan angkatan SMA 60-an kecuali menggaruk-garuk kenangan lama, lalu menulisnya Riviera of Bali. 

Oh ya, lalu kenapa disebut Riviera of Bali oleh para turis dari Perancis. Begini, karena kira-kira 5 – 7 km sebelah timur Yeh Sanih pantainya amat indah menyerupai pantai Riviera di Perancis. Pantainya berbatu-batu karang yang menjorok ke atas amat indah. Bagai ingin terbang ke langit. Dan lagi pula airnya amat bersih bak kaca hampir tak berombak. 

Di tempat ini, Dolok sering membawa anaknya membawa dua ban dalam mobil untuk dipakai berleha- leha mengambang sambil menonton ikan-ikan hias yang lalu lalang aneka warna. Dolok tak jemu-jemunya bertamasya kemari. Selain pantainya yang indah, amat banyak inspirasi yang bisa ditulis dalam karangan-karangannya. []

*) Penulis adalah Cendekiawan dan Sejarawan 

*) Tulisan ini dikutip dari buku penulis “Lompatan-Lompatan Kebenaran”. Yang berminat bisa menghubungi HP : 0818-0533-9885 

Sumber