Kementerian Ekonomi Rusia merevisi naik proyeksi pendapatan ekspor minyak dan gas sebesar $17,4 miliar (Rp269 triliun) menjadi $239,7 miliar atau Rp3,7 kuadriliun, dari perkiraan sebelumnya. Proyeksi naik itu ditopang oleh prospek harga yang lebih optimistis, menurut dokumen yang diperoleh Reuters. Minyak dan gas merupakan sumber utama pemasukan Moskow.

Kenaikan proyeksi pendapatan migas Rusia menegaskan sulitnya upaya Barat menekan ekonomi Rusia, meski berbagai sanksi, termasuk pembatasan harga minyak dan larangan impor, telah diberlakukan terkait perang di Ukraina.

Dokumen tersebut menunjukkan bahwa ekspor minyak mentah Rusia diperkirakan naik menjadi 239,9 juta metrik ton (4,8 juta barel per hari) pada 2024 dari 238,3 juta ton pada 2023.

Kementerian juga memproyeksikan harga rata-rata minyak ekspor Rusia akan naik menjadi $70 per barel tahun ini, meningkat sebesar $5 dari perkiraan April. Angka ini juga lebih tinggi dari $64,5 pada 2023 dan melebihi batas harga $60 per barel yang diterapkan Barat.

Harga jual gas alam untuk Eropa dan China juga diproyeksikan naik.

Sebuah kapal tanker minyak berlabuh di kompleks Sheskharis, bagian dari Chernomortransneft JSC, anak perusahaan Transneft PJSC, di Novorossiysk, Rusia, pada 11 Oktober 2022. (Foto: AP)

Sejak invasi ke Ukraina, Rusia berhasil mengalihkan sebagian besar bisnisnya dari Eropa dengan memperluas perdagangan ke China dan India.

Revisi tersebut menyebabkan pendapatan Moskow melambung. Tahun ini, Rusia diperkirakan akan meraih hampir $240 miliar dari ekspor minyak dan gas, meningkat $13 miliar dari 2023. Proyeksi untuk 2025 juga dinaikkan menjadi $236,5 miliar dari sebelumnya $226,2 miliar.

Produksi Gas Turun

Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis menyatakan bahwa ekonomi global akan mengalami kesulitan tanpa minyak dan gas Rusia.

Dalam forum ekonomi di Timur Jauh Rusia, ia mengungkapkan bahwa Moskow berencana untuk terus mengalirkan gas melalui Ukraina ke Uni Eropa, tetapi Rusia tidak dapat memaksa Kyiv untuk memperpanjang perjanjian transit yang akan berakhir akhir tahun ini.

Rusia berharap produksi gas akan meningkat setiap tahun hingga 2030, batas waktu perkiraan saat ini. Namun, kementerian merevisi turun ekspektasi untuk produksi minyak dan total volume ekspor energi.

Rusia berpartisipasi dalam upaya membatasi produksi minyak demi mendukung pasar yang tidak stabil. Upaya itu sendiri dipimpin oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya.

Dalam proyeksi terbaru, produksi minyak Rusia diperkirakan akan turun menjadi 521,3 juta ton tahun ini, dibandingkan dengan 529,6 juta ton pada 2023, serta menurun 1,7 juta ton dari proyeksi sebelumnya.

Menurut Kementerian Ekonomi, prospek produksi minyak untuk 2025 mengalami penurunan, dengan produksi diperkirakan turun lebih lanjut menjadi 518,6 juta ton, berkurang 11,4 juta ton dari proyeksi sebelumnya. [ah/ft]

Sumber