Layanan broadband satelit SpaceX, Starlink, telah resmi diluncurkan di Zimbabwe, menyediakan akses internet seharga US$50 per bulan. Ada juga biaya satu kali sebesar US$350 untuk kit pengaturan, sebagaimana dirinci di situs web perusahaan.

Hal ini terjadi empat bulan setelah Zimbabwe secara resmi memberikan izin kepada SpaceX milik Elon Musk untuk mengoperasikan layanan internet satelitnya, Starlink.

Hanya 34,8% penduduk Zimbabwe yang memiliki akses internet pada tahun 2021. Kehadiran Starlink dipandang sebagai sebuah terobosan yang potensial, mengatasi masalah yang sudah berlangsung lama seperti biaya data yang tinggi dan terbatasnya konektivitas di daerah pedesaan.

Starlink milik Elon Musk memulai debutnya di Afrika pada Januari 2023, dengan Nigeria sebagai situs peluncuran pertamanya. Penyedia internet satelit generasi mendatang berjanji untuk merevolusi konektivitas internet berkecepatan tinggi di Afrika dan memiliki rencana ambisius untuk memperluas jangkauannya ke seluruh benua.

Pada bulan Oktober 2023, layanan ini akan tersedia secara resmi di tujuh negara Afrika: Nigeria, Kenya, Mozambik, Rwanda, Malawi, dan Zambia. Sejak itu, Starlink telah memperluas jangkauannya ke setidaknya 14 negara Afrika, termasuk Mauritius dan Sierra Leone. Zimbabwe menjadi negara terbaru yang ditambahkan ke daftar tersebut.

Namun, perjalanannya di Afrika jauh dari mulus. Benua ini, yang hanya 40% dari 1,3 miliar penduduknya memiliki akses internet—tingkat terendah di dunia—menimbulkan tantangan regulasi yang signifikan bagi Starlink.

Misalnya, pada 14 Agustus 2023, Afrika Selatan melarang impor perangkat Starlink, sehingga negara tersebut terputus dari internet satelit SpaceX. Meskipun kehadirannya di negara-negara tetangga, Afrika Selatan, ekonomi terbesar di kawasan ini, belum bergabung dengan jaringan Starlink.

Sumber