BULELENG – Warga Desa Pegayaman merayakan muludan base pada Senin, 12 Rabiul Awal 1446 H atau 16 September 2024. Sebuah acara yang melukiskan bagaimana cara masyarakat Muslim di atas bukit di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng itu menjaga harmoni dengan sesama.

Muludan base diawali dengan dzikir mulud usai sholat Subuh. Lantas dilanjutkan dengan ngarak sokok oleh grup hadrah di rumah warga yang akan sedekah sokok. Ngarak sokok dimulai pagi hari sekitar pukul 07.30 Wita. 

Para pemain dan penari hadrah menampilkan atraksi seni hadrahnya di depan pemilik sokok dan warga sekitarnya. Setelah itu, sokok base dibawa ke Masjid Jami’ Safinatussalam, satu-satunya masjid yang ada di Desa Pegayaman.

Sokok base dibuat dari base (daun sirih). Juga dilengkapi dengan buah, telur dan bunga gumitir. Semua itu dirangkai di sebatang gedebong pisang. “Gebogan ini diakulturasi ke Desa Pegayaman yang penduduknya mayoritas Islam, hingga menjadilah hasil karya seni yang bernama sokok base,” kata Pemerhati Sejarah dari Desa Pegayaman, Drs. Ketut Muhammad Suharto.

Menurutnya, sokok base adalah gambaran harmonisasi antara Islam Bali dan budaya Hindu Bali. “Yang mana semua itu seakan menampakkan realisasi ungkapan ‘Di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung’,” tambah Suharto.

Ia menjelaskan, perayaan dan peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW di Desa Pegayaman merupakan momen yang sangat penting untuk melihat karya-karya akulturasi budaya Pegayaman, yang dimunculkan oleh para pengelingsir Pegayaman, sebagai upaya untuk meraih taqwa kepada Allah.

“Ketaqwaan tersebut diinformasikan dengan lambang-lambang bentuk yang tercipta dari budaya Bali, yaitu gebogan,” jelas Suharto.

Dijelaskan juga bahwa sokok base ini hanya dibuat satu tahun sekali di bulan Maulid tanggal 12 Rabiul Awal. Filosofinya, tambah Suharto, bahwa nilai ibadah akan didapatkan dengan harmonisasi diantara sesama, sesuai dengan hakikat diutusnya Nabi Muhammad SAW, bahwa “Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW diutus untuk rahmat bagi semesta alam “. “Dengan sokok base ini, kita akan bisa mengambil hikmah nilai-nilai harmonisasi untuk meraih takwa,” ujar Suharto.

Setelah sokok base terkumpul di Masjid Jami’ Safinatussalam (tahun ini sebanyak 123 sokok), usai sholat dzuhur dilaksanakan acara seremonial di Masjid Jami’ Safinatussalam dipimpin Penghulu/Imam Desa Pegayaman, H. Abdul Ghofar Ismail. Masyarakat Pegayaman memenuhi masjid tersebut, ya ibu-ibu, anak-anak dan tentu bapak-bapak.

Di akhir acara, warga yang memenuhi masjid mendapatkan nasi berkat dan telur-telur yang tadinya dipasang di sokok. Sebagian warga juga mengambil rangkaian bunga gumitir dan mengalungkan di leher mereka. (bs)  

Sumber