Sultra1news – Stasiun Riset Bekantan Pulau Curiak di Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) sebagai “fieldtrip” (kegiatan studi lapang) para dokter Forensik se-Indonesia.

Ini semua, setelah Pertemuan Ilmiah Tahunan dan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Perhimpunan Dokter Forensik dan Medikolegal Indonesia (PDFMI), sejak Jumat (13/9/2024) di sebuah hotel di Banjarmasin.

Kunjungan ini sangat positif bagi pengenalan upaya perlindungan primata endemik Kalimantan yang menjadi satwa ikon atau maskot kebanggaan Provinsi Kalsel.

Sekitar seratus dokter forensik se-Indonesia menyempatkan diri berkunjung ke kawasan yang dijadikan konservasi alami bekantan (Nasalis larvatus ), yang sekarang menjadi bagian dari situs Geopark Meratus.

Tamu eksklusif ini disambut langsung Dr. Amalia Rezeki, selaku founder sekaligus pengelola Stasiun Riset Bekantan yang menyebut suatu kehormatan dikunjungi dari rombongan dokter forensik se-Indonesia.

“Tentunya kunjungan ini sangat positif bagi pengenalan upaya perlindungan primata endemik Kalimantan yang menjadi satwa ikon atau maskot kebanggaan Provinsi Kalimantan Selatan,” jelas Amel sebutan akrab dosen pendidikan Biologi di Universitas Lambung Mangkurat.

Menurut Amel, para dokter ini tidak saja diajak melihat-melihat kawasan restorasi mangrove rambai ( Sonneratia caseolaris ) dan mengamati prilaku bekantan dialam liar, tapi juga diajak melakukan aksi konservasi penanaman pohon.

Serta pelepas liaran kura-kura air tawar jenis Smiling terrapin ( Siebenrockiella crassicollis ), dalam rangka pulihkan ekosistem lahan basah di kawasan tersebut.

Sementara itu, dr. Farhad Moegis, SpFM, kedokteran Forensik dan Medikolegal Universitas Airlangga, Surabaya, Pulau Curiak contoh yang baik dan harus dilestarikan untuk tempat tempat keanekaragaman hayati, flora dan fauna khas Indonesia.

“Apalagi ada konservasi fauna yang sudah hampir punah seperti bekantan,” jelasnya dikutip Antara.

Menurutnya, aktivitas di Pulau Curiak terlihat perannya sangat baik dilihat dari perluasan lahan dengan menanam pohon mangrove dan juga untuk menjaga eksistensi bekantan di Kalimantan Selatan.

dr. Farhad Moegis, SpFM, berharap dengan banyaknya pemerhati baik dari pengunjung dalam maupun luar negeri dapat membantu konservasi bekantan hingga anak cucu bangsa generasi penerus dapat mengetahui keindahan aneka ragam hayati terutama bekantan. (*/ZI)

Sumber