Dikta Wicaksono akui belum percaya komitmen. Foto: Dok. Instagram @dikta

Dikta Wicaksono buka-bukaan tentang pengalaman pahit hingga trauma yang dialaminya dari perceraian orangtuanya.

Hal itu diungkap dalam konten social experiment yang diunggah Sinemaku Pictures pada Sabtu (21/9). Sebagai bagian dari promosi film ‘Bolehkah Sekali Saja Kumenangis’, yang mana Dikta berperan sebagai Baskara.

Aktor sekaligus musisi berusia 38 tahun itu mendapat kesempatan untuk berbincang tentang topik-topik terkait kehidupan keluarga bersama adiknya, Salsabila Kintan.

Dalam salah satu pembahasan, Dikta mengungkit perceraian antara ayah dan ibunya yang ternyata menyisakan luka mendalam, bahkan membuatnya sulit percaya pada sebuah komitmen.

“Karena mungkin dulu mama sama papa cerai, aku itu jadi enggak atau mungkin belum percaya komitmen. Karena menurutku, orang nikah yang bisa langgeng sekarang itu cuma satu banding seribu,” katanya.

Di usia yang hampir menginjak kepala empat, Dikta Wicaksono masih belum memiliki pasangan hidup. Kehidupan asmaranya cenderung tertutup dari publik, meski sempat digosipkan dekat dengan beberapa wanita termasuk salah satunya Prilly Latuconsina.

Selain karena melihat langsung perpisahan kedua orang tua, teman-teman si musisi juga ada beberapa yang mengalami kegagalan dalam membina rumah tangga. Membuatnya semakin skeptis dengan yang namanya pernikahan.

Jauh berbeda dari keinginannya untuk menikah hanya sekali, terlepas dari bagaimanapun kondisi hubungan dengan si istri nantinya.

“Perceraian itu dan contoh di sekeliling aku, kayak teman-teman banyak yang gampang memilih buat cerai. Sedangkan aku penginnya nikah sekali aja. Mau amburadul kayak apa, pokoknya udah, sama itu aja,” lanjutnya.

Dikta mengatakan tidak ingin melakukan kesalahan yang sama dengan ayah dan ibunya. Tetapi, dia juga tidak membenci orangtuanya.

Hanya saja, perceraian membuat Dikta merasa seperti ditinggalkan dan dikhianati. Meninggalkan trauma dan berdampak pada pribadinya yang jadi sulit percaya pada orang lain atau trust issue.

Bagi Dikta Wicaksono, alih-alih terburu-buru menikah karena tuntutan sekitar, seperti usia yang sudah tidak lagi muda, kebahagiaan adalah hal utama yang menjadi tujuannya. (*)

Sumber