Selasa (1 Oktober) Iran menembakkan hampir 200 rudal balistik ke Israel, menargetkan kota-kota termasuk Yerusalem dan Tel Aviv.
Sistem pertahanan Iron Dome, dengan bantuan AS, mencegat banyak rudal, dan tidak ada korban jiwa yang dilaporkan oleh militer Israel. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bersumpah akan membalas dendam, dengan menyatakan, “Iran membuat kesalahan besar malam ini—dan Iran akan menanggung akibatnya.”
Ia menyampaikan peringatannya kepada musuh-musuh lain seperti Gaza, Lebanon, Yaman, Suriah, dan Iran, sambil menekankan posisi Israel: “Siapa pun yang menyerang kami, kami akan menyerang mereka.”
Departemen Luar Negeri AS mengutuk serangan itu, menyebutnya sebagai “eskalasi yang signifikan” dan menegaskan hak Israel untuk membela diri. Meskipun AS tidak menutup kemungkinan menargetkan program nuklir Iran, AS berkomitmen untuk bekerja sama dengan Israel sebagai tanggapan dan mendiskusikan langkah selanjutnya dengan mitra regional.
Dalam insiden terpisah pada hari sebelumnya, serangan teroris di selatan Tel Aviv menyebabkan delapan orang tewas.
Maklum, Gerakan Mujahidin Palestina atau yang dikenal dengan Jihad Islam Palestina mengaku bertanggung jawab atas penembakan dan penikaman di stasiun trem. Polisi Israel menamakannya serangan teroris, dengan dua tersangka dibunuh oleh pihak berwenang. Dua belas orang terluka, enam luka serius. Petugas tanggap darurat menggambarkan kedatangan mereka di tengah baku tembak yang terus menerus dan merawat para korban yang mengalami luka tembak di tempat kejadian.
Kekerasan tersebut terjadi setelah operasi militer Israel yang sedang berlangsung di Lebanon, yang bertujuan untuk memukul mundur pasukan Hizbullah dari perbatasannya setelah konflik selama berminggu-minggu. Serangan Israel telah menewaskan lebih dari 1.000 orang dan membuat hampir 1 juta orang mengungsi di Lebanon, menurut pejabat setempat.