Masalah hukum yang melibatkan X (sebelumnya Twitter) tidak hanya terjadi di Brasil. Jejaring sosial Elon Musk menghadapi sanksi serius di Australia setelah gagal menanggapi penyelidikan yang menyelidiki tindakan apa yang diambil platform tersebut untuk memerangi dugaan penyebaran konten pornografi anak. Perusahaan berusaha menghindari hukuman tersebut dengan menyatakan bahwa “Twitter tidak ada lagi” setelah berganti nama menjadi X.

ITU Komisi Keamanan Elektronik Australia (eSafety) didenda X 610.500 dolar Australia (sekitar R$2,2 juta) karena penolakannya menanggapi penyelidikan yang dimulai pada Februari 2023.

eSafety mempertanyakan tindakan apa yang diambil platform tersebut untuk mengatasi dugaan penyebaran materi pelecehan anak di layanannya. Sejak Elon Musk mengambil alih jejaring sosial tersebut pada tahun 2022, platform tersebut menghadapi tuduhan melonggarkan kebijakan moderasi kontennya, yang akan memfasilitasi penyebaran materi ilegal.

Mengubah “Twitter” menjadi “X”

Pada bulan Maret 2023, Twitter Inc. bergabung dengan X Corp., dan pada bulan April, platform tersebut secara resmi berganti nama menjadi X. Dengan menggunakan perubahan ini sebagai dasar, perwakilan hukum perusahaan mengklaim bahwa Twitter, sebagai sebuah entitas, telah tidak ada lagi, yang mana akan membebaskan mereka dari memenuhi panggilan.

Pembelaan platform tersebut menyatakan bahwa, dengan punahnya perusahaan lama dan pembentukan perusahaan baru, tidak akan ada kewajiban untuk memenuhi tuntutan yang diajukan kepada entitas sebelumnya.

7 gambar

Elon Musk

Elon Musk: pengusaha dikutip oleh anggota kongres dalam surat yang dikirim ke FBI
Pengusaha Elon Musk, pemilik jejaring sosial X
Elon Musk
Miliarder Elon Musk
1 dari 7

Elon Musk

Gambar Getty

2 dari 7

Elon Musk

Gambar Getty

3 dari 7

Elon Musk: pengusaha dikutip oleh anggota kongres dalam surat yang dikirim ke FBI

Justin Sullivan/Getty Images

4 dari 7

Pengusaha Elon Musk, pemilik jejaring sosial X

Craig T Fruchtman/Getty Images

5 dari 7

Elon Musk

Gambar Rob Kim/GC

6 dari 7

Miliarder Elon Musk

Menangkan McNamee/Getty Image

7 dari 7

Elon Musk, pemilik X, adalah salah satu orang terkaya di dunia

Muhammad Selim Korkutata / Anadolu Agency

Namun argumen tersebut ditolak oleh pengadilan Australia. Hakim Michael Wheelahan, yang bertanggung jawab atas kasus ini, memutuskan bahwa denda harus dipertahankan dan X Corp. harus menanggapi panggilan eSafety.

Wheelahan menilai perubahan nama dan struktur perusahaan tidak meniadakan kewajiban regulasi perusahaan, khususnya terkait masalah keselamatan anak.

Musk mengatakan pemerintah Australia “fasis”

Situasi X di Australia tidak terbatas pada masalah keamanan online anak-anak. Baru-baru ini, pemerintah Australia memperkenalkan undang-undang yang dapat memberikan denda kepada platform internet hingga 5% dari pendapatan global mereka jika mereka membiarkan penyebaran informasi yang salah.

Usulan tersebut bertujuan untuk memaksa perusahaan membuat kode etik untuk mencegah penyebaran informasi palsu dan berbahaya, serta memberikan sanksi kepada mereka jika tidak mematuhi pedoman ini.

Elon Musk yang kerap memposisikan dirinya sebagai pembela kebebasan berekspresi bereaksi terhadap inisiatif ini dengan menyebut pemerintah Australia “fasis” dalam postingannya di X.

Komentar tersebut dibuat sebagai tanggapan terhadap laporan Reuters tentang undang-undang baru tersebut. Tanggapan Musk menuai serangkaian kritik dari politisi Australia. Bill Shorten, Menteri Pelayanan Pemerintah, mengejek perubahan sikap miliarder yang terus-menerus mengenai kebebasan berekspresi, dengan menyatakan bahwa Musk membela kebebasan jika hal itu menguntungkannya secara komersial, tetapi menentangnya jika peraturan memengaruhi kepentingannya.

Menteri Komunikasi Michelle Rowland pun menanggapi kritik Musk yang menyatakan bahwa perusahaan yang beroperasi di Australia harus mematuhi undang-undang setempat, yang dirancang untuk melindungi keselamatan dan hak pengguna. Undang-undang baru ini bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas platform teknologi terkait disinformasi.

Sejarah konfrontasi antara Musk dan pemerintah Australia

Ketegangan antara X dan pemerintah Australia sebelumnya semakin meningkat. Pada bulan April tahun ini, X menantang di pengadilan perintah untuk menghapus konten terkait penikaman seorang uskup di Sydney, yang dikeluarkan oleh regulator dunia maya.

Kasus ini menyebabkan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese secara terbuka mengkritik Musk dan menyebutnya sebagai “miliarder yang sombong”.

Meskipun regulator membatalkan tantangan tersebut setelah mengalami kemunduran hukum, insiden tersebut menunjukkan semakin besarnya resistensi platform digital besar untuk mengikuti peraturan lokal yang mengatur konten online.

Meskipun mereka memblokir pengguna Australia untuk mengakses konten yang dipermasalahkan, X menolak untuk menghapusnya secara global, dengan alasan bahwa undang-undang suatu negara tidak boleh mempengaruhi kontrol konten di tingkat global.

Sumber