‘Arif’, seorang jurnalis lingkungan, sedang menyelidiki perdagangan penangkapan ikan hiu di Surabaya, Indonesia. Dia berbicara kepada orang dalam industri untuk memahami bisnisnya-mulai dari pelabuhan tempat nelayan menjual banyak jenis hiu, hingga fasilitas pengeringan tempat hiu diproses sebelum diambil oleh eksportir. Penangkapan ikan hiu adalah legal di Indonesia, dan hiu menghasilkan banyak uang. Beberapa spesies sangat dicari. Misalnya, hiu macan tutul dihargai karena kulitnya yang istimewa. Seorang nelayan mengungkapkan bahwa dia mendapat permintaan hingga 600kg hiu macan tutul dalam sebulan, senilai sekitar Rp282 juta (US$18.000).

Selama berabad-abad, hiu macan tutul berkeliaran di perairan Raja Ampat, Indonesia sampai penangkapan ikan komersial mendorong mereka ke ambang kepunahan. Sekarang, tim ilmuwan dan penduduk setempat berpacu dengan waktu untuk membawa mereka kembali.

Ini adalah kisah tak terhitung dari Nesha Ichida, seorang ahli biologi kelautan yang memimpin upaya terobosan untuk melindungi kembali hiu macan tutul di perairan asli mereka. Misinya dimulai dengan Myra, seekor hiu anak anjing, yang kelangsungan hidupnya bergantung pada kemampuan Nesha untuk mengajarinya cara-cara kasar di alam liar. Myra akan berjuang untuk berburu, bersaing dengan predator lain, dan mengarungi perairan liar tempat dia dilahirkan.

Sementara itu, Nesha menghadapi perjuangannya sendiri: memberantas penangkapan ikan ilegal yang terus merusak lautan Indonesia. Saat perjuangan untuk bertahan hidup semakin intensif, ikatan tak terduga terbentuk antara ilmuwan dan hiu-ikatan yang mengaburkan batas antara manusia dan hewan, antara harapan dan keputusasaan, saat Nesha dan Myra memulai perjalanan untuk menemukan jalan mereka kembali ke alam liar.