Tujuh dari sepuluh warga Afrika menyatakan keprihatinannya terhadap pengaruh kekuatan asing, dan Tiongkok dan Amerika Serikat dianggap sebagai negara yang paling berpengaruh. Menariknya, banyak yang melihat pengaruh ini secara positif Survei Pemuda Afrika 2024.

Survei yang dilakukan oleh Ichikowitz Family Foundation yang berbasis di Johannesburg mensurvei 5.604 orang berusia antara 18 dan 24 tahun di Botswana, Kamerun, Chad, Republik Kongo, Pantai Gading, Ethiopia, Gabon, Ghana, Kenya, Malawi, Namibia, Nigeria, Rwanda, Afrika Selatan, Tanzania dan Zambia.

Kaum muda Afrika masih memandang Tiongkok sebagai pemain internasional terbesar di negara mereka, namun pengaruhnya semakin berkurang. Pada tahun 2020, 83% generasi muda merasa bahwa Tiongkok memiliki pengaruh yang kuat, namun angka tersebut turun menjadi 79% pada tahun 2022 dan kemudian menjadi 76% pada tahun 2024.

Pergeseran ini mencerminkan tren yang lebih luas, seperti melambatnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok, dampak pandemi COVID-19, ketegangan perdagangan AS-Tiongkok yang sedang berlangsung, perubahan pola investasi Tiongkok, dan meningkatnya kekhawatiran mengenai utang. Semua faktor ini membentuk kembali hubungan ekonomi dan politik antara Tiongkok dan negara-negara Afrika.

Meskipun persepsi pengaruh mengalami penurunan secara keseluruhan, sentimen positif di kalangan pemuda Afrika mengenai dampak Tiongkok terhadap negara mereka telah meningkat dari 78% pada tahun 2022 menjadi 82% pada tahun 2024.

Hampir seluruh pemuda di Rwanda dan Chad merasa positif terhadap pengaruh Tiongkok (keduanya sebesar 96%), diikuti oleh Kenya (95%) dan Nigeria (93%).

Berikut 5 faktor utama yang mendorong persepsi positif terhadap Tiongkok di Afrika:

Salah satu pendorong utama di balik persepsi positif terhadap Tiongkok adalah keterjangkauan produk Tiongkok, yang disebutkan oleh 41% responden. Kemampuan Tiongkok untuk memproduksi berbagai macam barang dengan harga lebih rendah membuat barang sehari-hari dapat diakses oleh banyak orang di negara-negara berkembang.

Mulai dari barang elektronik hingga pakaian dan perlengkapan rumah tangga, masuknya produk-produk Tiongkok dengan harga terjangkau telah berdampak pada pasar konsumen. Keterjangkauan ini memungkinkan individu dan keluarga untuk meningkatkan daya beli mereka.

Investasi Tiongkok dalam pembangunan infrastruktur, yang dicatat oleh 40% responden, merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap citra positif Tiongkok.

Inisiatif Sabuk dan Jalan Tiongkok (BRI), yang sering disebut sebagai Jalur Sutra Baru, adalah salah satu upaya infrastruktur paling ambisius yang pernah dilakukan, dan dampaknya sangat terasa di benua ini. Inisiatif ini telah memfasilitasi pembangunan proyek, termasuk pembangkit listrik, jalur kereta api, jalan raya, pelabuhan dan infrastruktur telekomunikasi di seluruh wilayah.

Meskipun investasi infrastruktur besar-besaran Tiongkok berpotensi membuka era baru perdagangan dan pertumbuhan ekonomi bagi perekonomian Afrika, ada kekhawatiran di antara mereka yang skeptis bahwa Tiongkok mungkin menciptakan jebakan utang bagi negara-negara yang meminjam uang.

Pemberian pinjaman dan dukungan ekonomi juga merupakan pendorong utama pandangan baik terhadap Tiongkok, dimana 35% mengakui kontribusi ini.

Di banyak negara berkembang, bantuan keuangan Tiongkok telah menjadi penyelamat, menawarkan dana untuk proyek-proyek berskala besar yang mungkin tidak terjangkau.

Meskipun negara-negara Afrika telah memperoleh banyak manfaat dari pinjaman ini, terdapat kekhawatiran yang semakin besar mengenai dampak jangka panjangnya—seperti meningkatnya utang dan ancaman terhadap kemandirian ekonomi.

Peran Tiongkok dalam menciptakan peluang kerja di negara tuan rumah juga merupakan faktor yang signifikan, dan 30% mengakui manfaat ini.

Perusahaan Tiongkok yang beroperasi di luar negeri sering kali mempekerjakan tenaga kerja lokal untuk proyek konstruksi, pabrik, dan perusahaan ritel. Penciptaan lapangan kerja ini berkontribusi terhadap pengurangan tingkat pengangguran dan memberikan pengembangan keterampilan bagi pekerja lokal.

Namun, ada juga kekhawatiran mengenai praktik ketenagakerjaan dan kondisi kerja.

Terakhir, 22% responden memandang positif Tiongkok sebagai penyedia pasar ekspor negara mereka.

Selama 20 tahun terakhir, Tiongkok telah menjadi bagian dari Afrika Sub-Sahara mitra dagang bilateral terbesar. Sekitar 20% ekspor kawasan ini kini dikirim ke Tiongkok dan sekitar 16% impor Afrika berasal dari Tiongkok, menurut Dana Moneter Internasional (IMF). Pada tahun 2023, hubungan ini akan mencapai rekor jumlah volume perdagangan $282 miliar.

Sumber