Dalam kehidupan ini, banyak dari kita yang bertanya-tanya tentang kondisi ekonomi dan kesehatan yang kita alami. Mengapa ada yang kaya dan ada yang miskin? Mengapa ada yang sehat dan ada yang sakit? Apakah semua itu bagian dari takdir yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, sesuai dengan kebijaksanaan dan pengetahuan-Nya yang luas?

Sultra1news – Di antara ayat yang menjelaskan tentang hal ini adalah firman Allah dalam Surat Asy-Syura ayat 27:

“وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الأرْضِ

“Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, tentulah mereka akan melampaui batas di bumi.”

Ayat ini mengandung makna yang dalam. Allah menjelaskan bahwa jika Dia melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya secara berlebihan, maka kemungkinan besar mereka akan menjadi lalai dari ketaatan kepada-Nya. Mereka akan lebih fokus pada kenikmatan duniawi dan mengikuti hawa nafsu, bahkan jika itu berarti melakukan kemaksiatan dan kezaliman.

Allah SWT adalah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Dia mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya dan memberikan rezeki sesuai dengan kebijaksanaan-Nya. Lanjutan ayat menyebutkan:

وَلَكِنْ يُنزلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ

“Akan tetapi, Dia menurunkan (rezeki) dengan ukuran yang Dia kehendaki.” Allah menurunkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya dengan ukuran yang sesuai dengan keperluan dan keadaan mereka. Hal ini dilakukan sesuai dengan kebijaksanaan dan kasih sayang-Nya. Allah mengetahui kondisi hati setiap hamba-Nya dan memberikan rezeki yang paling sesuai untuk menjaga keimanan mereka.

Hikmah di Balik Kaya dan Miskin
Tafsir “Taisir Al-Karim Ar-Rahman” menjelaskan bahwa dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ مِنْ عِبَادِي مَنْ لَا يُصْلِحُ إِيمَانَهُ إِلَّا الْغِنَى، وَلَوْ أَفْقَرْتُهُ لَأَفْسَدَهُ ذَلِكَ، وَإِنَّ مِنْ عِبَادِي مَنْ لَا يُصْلِحُ إِيمَانَهُ إِلَّا الْفَقْرُ، وَلَوْ أَغْنَيْتُهُ لَأَفْسَدَهُ ذَلِكَ، وَإِنَّ مِنْ عِبَادِي مَنْ لَا يُصْلِحُ إِيمَانَهُ إِلَّا الصِّحَّةُ، وَلَوْ أَمْرَضْتُهُ لَأَفْسَدَهُ ذَلِكَ، وَإِنَّ مِنْ عِبَادِي مَنْ لَا يُصْلِحُ إِيمَانَهُ إِلَّا الْمَرَضُ وَلَوْ عَافَيْتُهُ لَأَفْسَدَهُ ذَلِكَ، إِنِّي أُدَبِّرُ أَمْرَ عِبَادِي بِعِلْمِي بِمَا فِي قُلُوبِهِمْ، إِنِّي خَبِيرٌ بَصِيرٌ

Sesungguhnya di antara hamba-hamba-Ku ada yang tidak akan baik keimanannya kecuali dengan kekayaan, dan jika Aku membuatnya miskin, itu akan merusaknya. Dan sesungguhnya di antara hamba-hamba-Ku ada yang tidak akan baik keimanannya kecuali dengan kemiskinan, dan jika Aku membuatnya kaya, itu akan merusaknya. Dan sesungguhnya di antara hamba-hamba-Ku ada yang tidak akan baik keimanannya kecuali dengan kesehatan, dan jika Aku membuatnya sakit, itu akan merusaknya. Dan sesungguhnya di antara hamba-hamba-Ku ada yang tidak akan baik keimanannya kecuali dengan sakit, dan jika Aku membuatnya sehat, itu akan merusaknya. Sesungguhnya Aku mengatur urusan hamba-hamba-Ku dengan ilmu-Ku tentang apa yang ada di dalam hati mereka, sesungguhnya Aku Maha Mengetahui dan Maha Melihat.

Riwayat ini menjelaskan bahwa Allah memberikan kekayaan, kemiskinan, kesehatan, dan penyakit kepada hamba-Nya sesuai dengan kondisi keimanan mereka. Allah mengetahui bahwa ada hamba yang keimanannya akan baik jika diberikan kekayaan, sementara yang lain akan lebih baik jika dalam keadaan miskin. Begitu pula dengan kesehatan dan penyakit.

Dari ayat dan riwayat ini, kita dapat mengambil beberapa pelajaran penting: Pertama, Syukur dan Sabar: Kita harus selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah, baik itu kekayaan maupun kemiskinan, kesehatan maupun penyakit. Syukur dan sabar adalah kunci untuk menghadapi takdir Allah.

Kedua, Kepercayaan pada Kebijaksanaan Allah: Kita harus percaya bahwa Allah mengetahui yang terbaik bagi kita. Apa pun kondisi yang kita alami, itu adalah yang terbaik untuk menjaga keimanan kita. Ketiga, Tidak Melampaui Batas: Kita harus berhati-hati agar tidak melampaui batas dalam menikmati kenikmatan duniawi. Ketaatan kepada Allah harus selalu menjadi prioritas utama. Keempat, Menjaga Keimanan: Apa pun keadaan kita, kita harus selalu berusaha menjaga dan meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT.

Kaya atau miskin, sehat atau sakit, semuanya adalah bagian dari takdir yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Setiap keadaan memiliki hikmah tersendiri yang mungkin tidak kita pahami sepenuhnya.

Oleh karena itu, mari kita selalu bersyukur, bersabar, dan menjaga keimanan kita dalam segala kondisi. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui dan Maha Melihat, dan Dia mengatur segala urusan kita dengan kebijaksanaan-Nya. (MBS)

Sumber