34Âșc, Sunny
Tuesday, 18th June, 2019
Diposting pada : 2023-05-20
Journal : Sekolah Pascasarjana Ilmu Kehidupan dan Lingkungan, Kyoto Universitas Prefektur, Kyoto, Jepang
Volume dan halaman : Vol. 07. No. 22. Hal 39-46
Tahun : 2018
Penulis : Kazuhiro Tanaka
Reviewer : Nurahdiat Mustika A.
Latar Belakang
Hutan adalah organisme hidup yang kompleks, dan terdiri dari jaringan berbagai bentuk kehidupan. Selanjutnya, makhluk hidup tersebut terus berubah melalui interaksi dengan makhluk hidup lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Akibatnya gambaran kegiatan hutan secara keseluruhan masih belum dapat dijelaskan.sangat tidak mungkin bagi manusia untuk sepenuhnya memahami gambaran hutan secara keseluruhan, karena hutan adalah alam itu sendiri. Oleh karena itu, dalam pengelolaan hutan, para pendahulu menggunakan indikator sederhana untuk membuat sketsa gambaran kasar keadaan hutan. Dengan kata lain, karena aktivitas organisme hidup yang rumit ini tidak dapat dikendalikan dengan sempurna, sehingga para pendahulu memperkenalkan indikator-indikator sederhana untuk digunakan dalam pengelolaan hutan Beberapa indikator dari metode utama pengaturan hasil telah dipilih sebagai subjek penelitian sehingga berpengaruh terhadap kemajuan dalam inovasi teknis dan kebutuhan sosial, dan membuat arah pengembangan teknologi dan filosofi pengelolaan hutan lestari di masa depan dapat dipertimbangkan. Penekanannya adalah pada filosofi pengelolaan hutan baru yang dibawa oleh penerapan teknologi LiDar.
Rumusan Masalah
Indikator yang digunakan dalam pengelolaan hutan berubah dengan inovasi teknis, karema inovasi membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin, dan membuat prosedur yang rumit menjadi sederhana, sehingga kita mempunyai alternatif di era IT, sehingga hal inilah yang membuat peneliti merumuskan bagaimana pengaruh LiDar terhadap perubahan revolusioner dalam pendekatanya terhadap pengelolaan hutan sebab salah satu inovasi teknis yang cukup berpengaruh saat ini di bidang pengukuran dan pengelolaan hutan adalah LiDar
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui besarnya pengaruh LiDar terhadap inovasi teknis di bidang pengelolaan hutan
Manfaat Penelitian
Memberikan informasi yang di butuhkan untuk mengenal lebih jauh tentang LiDar yang tidak hanya membawa inovasi teknis yang hebat dibidang pengelolaan hutan, tetapi juga membawa revolusi besar dalam filosofi pengelolaan hutan.
Tinjauan Pustaka
Para pendahulu kita, untuk memastikan bahwa mereka selalu dapat menikmati banyak manfaat hutan, membuat aturan khusus untuk pengelolaan sumberdaya hutan yang bijaksana, berdasarkan pengetahuan yang terakumulasi dari waktu ke waktu. Berbagai aturan yang mengatur pemanfaatan sumberdaya kayu secara lestari dan secara kolektif disebut regulasi hasil. Ada banyak pengaturan hasil (Tanaka, 1996), dan aturan tersebut telah berkembang dari waktu ke waktu.
Data LiDar telah mulai digunakan dalam pengelolaan hutan yang sebenarnya dalam beberapa tahun terakhir. Data hutan yang diperoleh dari analisis data LiDAR dapat dikategorikan ke dalam tiga jenis utama berikut : data tegakan hutan, pohon individu, dan data permukaan tanah. Meskipun bergantung pada ukuran dan bentuk pohon, analisis data titik cloud LiDAR memungkinkan untuk mengekstraksi masing-masing pohon, dan untuk mengukur tinggi, lebar tajuk, dan panjang tajuknya (Shiota et al, 2017). Metode yang diusulkan untuk mengekstraksi pohon individu adalah local maximum Filtering (LMF), algoritma watershed, algoritma valley-following dan lain-lain. Peta topografi CS adalah gambar komposit yang dibuat dengan menghitung kelengkungan dan kemiringan dari data DTM dan menetapkan warna tertentu untuk setiap peta tematik yang diperoleh (Toda, 2012). Dengan menggunakan peta topografi CS dan peta tematik yang diperoleh dari DTM, kita dapat mengidentifikasi area yang memerlukan konservasi dari sudut pandang lereng gunung.
Hasil dan Pembahasan
Seperti yang diketahui, berbagai indikator telah diusulkan dan digunakan. Tetapi ketika mengadopsi sebuah indikator untuk pengelolaan hutan lestari, banyak hal yang harus dipertimbangkan. Untuk mengelola hutan secara tepat dan bermanfaat, indikatornya haruslah praktis, mudah dipahami dan mudah diperiksa. Dan kita harus memilih indikator yang mencegah manipulasi data. Berdasarkan sejarah-sejarah filosofi hutan menunjukan bahwa para pendahulu sengaja menggunakan luas tebangan sebagai indikator daripada volume panen, mengadopsi rumus segitiga daripada integrasi, dan menyediliki diameter semua pohon setinggi dada, tanpa memperhitungakan tinggi pohon. Namun teknologi masih terbatas pada saat itu, sehingga pilihan yang tersedia masih sangat sedikit dan membatasi untuk membuat pilihan yang lebih banyak. Salah satu inovasi teknis yang muncul di masa modern dalam pengelolaan hutan ialah LiDAR. LiDAR (deteksi dan jangkauan cahaya) adalah sistem yang denganya kita dapat memperoleh informasi posisi tiga dimensi yang sangat presisi dari fitur dengan menyinari sinar laser dari pesawat udara ke permukaan dan mengukur pantulan laser. Data LiDAR telah mulai digunakan dalam pengelolaan hutan yang sebenarnya dalam beberapa tahun terakir. Data hutan yang diperoleh dari analisis data LiDAR dapat dikategorikan ke dalam tiga jenis utama berikut : data tegakan hutan, pohon individu dan data permukaan tanah.
Berdasarkan fungsi nya tersebut dimana LiDAR menghasilkan data tegakan hutan, LiDAR dapat digunakan untuk membuat DSM (digital surface model) dimana LiDAR digunakan sebagai mesh untuk menunjukan kanopi di dalam suatu ekosistem hutan tersebut sehigga distribusi stok dari tegakan yang tumbuh dapat terlihat. Yang kedua data tentang pohon individu, LiDAR memungkinkan untuk mengekstraksi masing-masing pohon, dan untuk mengukur tinggi, lebar tajuk, dan panjang tajuknya sehingga ketinggian puncak pohon yang diidentifikasi dapat terbaca dengan jelas, tanpa perlu pengambilan sampling dan juga pengukuran dari diameter setinggi dada. Dan yang ketiga dimana LiDAR sebagai data di permukaan tanah memungkinkan kita untuk memperoleh data dengan mudah tidak hanya tegakan hutan dan pohon individu tetapi juga detai bentuk lahan dari suatu ekosistem hutan seperti peta penampang lereng, peta penampang aspek, dan peta akumulasi aliran.
Hasil dari data-data LiDAR yang diperoleh dapat membuka pintu baru bagi bidang pengelolaan hutan, terutama dari tingkat tegakan hutan hingga tingga tingkat individu pohon, dan dari diameter setinggi dada hingga tinggi pohon, sebab DSM dan DTM yang dibuat dari data LiDAR sudah cukup presisi untuk pengelolaan hutan. Artinya ada peluang baru bagi pengelola hutan untuk mengelola peggunaan lahan sekaligus hutan
Kesimpulan
Proses pengelolaan hutan pada masa lampau menggunakan indikator-indikator sederhana yang kurang dapat menangkap keseluruhan hutan secara intuitif dalam kondisi informasi yang tidak mencukupi sehingga titik acuan dalam proses pengelolaan hutan dahulu menitikberatkan kepada produksi kayu, sehingga dengan munculnya LiDAR mengubah pengelolaan hutan dari produksi kayu menjadi pengelolaan hutan yang mencakup pengelolaan tata guna lahan yang sesuai untuk adaptasi perubahan iklim yang terjadi di masa sekarang, karena LiDAR tidak hanya membawa inovasi teknis yang hebat di bidang pengelolaan hutan, tetapi juga membawa revolusi besar dalam kesadaran para pengelola hutan yaitu dalam filosofi pengelolaan hutan
Saran
Hingga saat ini, perencanaan-perencanaan hutan cukup banyak berperan dalam mencegah penebangan yang berlebihan, namun di era modern saat ini dimana semua hal berkembang dengan pesat khususnya teknologi sehingga kita harus selalu berinovasi dengan cepat. Oleh sebab itu, dengan munculnya LiDAR di dalam pengelolaan hutan kita dituntut untuk dapat beradaptasi bahkan menguasai dan berinovasi dengan hal tersebut. Hal ini guna untuk membantu kita dalam mengelola hutan sehingga tercapai proses pengelolaan hutan secara lestari dan berkelanjutan.
Fans
Fans
Fans
Fans