34Âșc, Sunny
Tuesday, 18th June, 2019
Diposting pada : 2022-11-05
Tinjauan Kemitraan Pengelolaan Jambu Mente Dalam Meningkatkan Daya Sainga
(Studi Kasus Pulau Kabaena Kabupaten Bombana Sulawesi Tenggara)
Nurahdiat Mustika Aungadi
(Program Doktor Ilmu Pertanian Universitas Halu Oleo)
ABSTRAK
Pertanian atau perkebunan jambu mente atau dikenal juga dengan nama jambu mede yang coba diperkenalkan di Sulawesi Tenggara merambah masuk di pulau Kabaena. Banyak yang tertarik bercocok tanam dengan jambu mente ini. Namun sejak awal penanaman jambu/biji mente, belum banyak yang mengetahui kegunaan dan pola pengelolaannya untuk bisa memberi nilai lebih bagi masyarakat. Masyarakat hanya mengkonsumsi sendiri jambu / biji mente sebagai makanan ringan dengan cara menggoreng, sanggrai atau dengan membakarnya. Tujuan dari penelitian ini salah satunya untuk mengetahui kontribusi komoditas jambu mente di pulau Kabaena Kabupaten Bombana Sulawesi Tenggara. Penelitian ini dimulai dengan melihat pentingnya pertanian berkelanjutan dimana pengelolaan sumber daya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa komoditi jambu mente adalah jenis pertanian yang paling banyak kontribusinya terhadap berbagai jenis pertanian di pulau Kabaena. Pada Tabel 1 tersebut terlibat jelas di Kecamatan Kabaena dengan luas lahan jambu mente sebanyak 2.495 ha, kecamatan Kabaena Utara sebanyak 436 ha, Kabaena Selatan sebanyak 1.459 ha, Kabaena Barat sebanyak 2.386 ha, dan kabaena Timur sebanyak 680 ha, dan Kabaena Tengah sebanyak 1.076 ha.
PENDAHULUAN
Pertanian sejak dulu telah menjadi primadona dalam menopang kehidupan masyarakat di berbagai daerah di Indonesia, begitu pula dengan Sulawesi Tenggara. Semua daerah menggenjot perekonomiannya melalui pertanian. Pola penghidupan ini seiring dengan kondisi dan perkembangan masyarakat. Pada zaman dulu, belum banyak masyarakat yang berpengalaman, juga masih sangat minim pendidikan sehingga belum terlalu mengenal profesi lain untuk menopang kehidupannya yang akhirnya mau tak mau menjadikan pertanian sebagai jalan hidup yang tidak membutuhkan keahlian khusus.
Selanjutnya ketika muncul suatu masa, dimana masyarakat mulai mengenal yang namanya pertanian atau perkebunan jambu mente atau dikenal juga dengan nama jambu mede yang coba diperkenalkan di Sulawesi Tenggara merambah masuk di pulau Kabaena. Banyak yang tertarik bercocok tanam dengan jambu mente ini. Walaupun saat itu, di saat awal diperkenalkannya jambu mente, masyarakat hanya mengenal pertanian atau hanya menanam buah kelapa, mangga, pisang, sayur-sayuran, umbi-umbian, dan bahan pangan seperti padi dan jagung. Tiba-tiba diperkenalkan jenis tanaman jambu mente, walaupun belum mengenalnya, namun animo masyarakat menanam komoditi ini sangat masif. Akhirnya komoditi yang dulunya didominasi oleh kelapa, coklat, kopi, dan berbagai tanaman lain, perlahan-lahan bertambah atau digantikan dengan hadirnya jambu mente.
Selanjutnya ketika muncul suatu masa, dimana masyarakat mulai mengenal yang namanya pertanian atau perkebunan jambu mente atau dikenal juga dengan nama jambu mede yang coba diperkenalkan di Sulawesi Tenggara merambah masuk di pulau Kabaena. Banyak yang tertarik bercocok tanam dengan jambu mente ini. Walaupun saat itu, di saat awal diperkenalkannya jambu mente, masyarakat hanya mengenal pertanian atau hanya menanam buah kelapa, mangga, pisang, sayur-sayuran, umbi-umbian, dan bahan pangan seperti padi dan jagung. Tiba-tiba diperkenalkan jenis tanaman jambu mente, walaupun belum mengenalnya, namun animo masyarakat menanam komoditi ini sangat masif. Akhirnya komoditi yang dulunya didominasi oleh kelapa, coklat, kopi, dan berbagai tanaman lain, perlahan-lahan bertambah atau digantikan dengan hadirnya jambu mente.
Seperti kita tahu bahwa ekspor sangat menjanjikan bagi peningkatan profitabilitas petani. Namun profitabilitas ini tidak datang tiba-tiba dan bukan datang tanpa sebab. Ekspor komoditas perlu penanganan yang serius dan sungguh-sungguh dengan pola yang benar untuk kepentingan peningkatan kualitas. Harga yang tinggi dari ekspor merupakan jawaban atas kualitas yang tinggi. Artinya masyarakat dunia tidak akan tertarik membeli suatu komoditi apabila kualitasnya tidak terjamin. Inilah yang selalu harus menjadi perhatian agar seiring antara harga yang diperoleh atau nilai tambah yang didapatkan dengan pola pengelolaan yang baik yang sesuai dengan konsep yang disyaratkan oleh masyarakat internasional.
Oleh karena itu, penanganan jambu mente harus memiliki pola pengelolaan untuk menjamin daya saing tinggi khususnya untuk kepentingan ekspor yang harus diperhatikan dengan baik untuk menjawab apa yang diharapkan oleh importir. Apalagi komoditi jambu mente ini, sangat riskan atau rentan terhadap perubahan cuaca. Hujan di saat masa panen tiba bisa menyebabkan bunga, bakal buah atau buah susulan menjadi berguguran sebelum menjadi buah. Masa panen yang diharapkan dapat memperoleh hasil yang banyak, menjadi berkurang akibat bibit buah atau bunga yang bakal menjadi buah rontok dan jatuh ke tanah akibat hujan yang menjadi penyebabnya.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di pulau Kabaena Kabupaten Bombana Sulawesi Tenggara Indonesia. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2022. Dipilihnya lokasi ini karena dianggap dapat memberikan informasi yang akurat mengenai kemitraan dalam pengelolaan komoditi agribisnis biji atau buah jambu mente/mede.
Jenis dan Sumber data
Jenis Data
Dalam penelitan ini jenis data yang dikumpulkan ada dua macam yaitu:
a. Data kualitatif Data kualitatif adalah data dalam bentuk uraian atau penjelasan tentang kondisi lapangan. Data ini kemudian diuraikan atau ditelaah lebih lanjut di dalam karya ilmiah ini untuk mendapatkan gambaran yang lebih terperinci dan mendalam sehingga bisa menyajikan karya tulis yang valid.
b. Data kuantitatif Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka atau hasil perhitungan, misalnya jumlah responden atau berapa responden dengan tingkat pendidikan tertentu atau jumlah responden dengan tingkat pekerjaan tertentu. Data dalam bentuk angka-angka ini tidak bermakna hitungan atau kalkulasi statistik, tetapi data yang berbentuk jumlah yang merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan untuk diuraikan sebagai kelengkapan data. Data angka tidak mesti dimunculkan dalam bentuk table atau dalam bentuk kurva, tetapi menjadi bagian penting yang mendukung kevalidan data.
Sumber Data
a. Data Primer Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari sampel penelitian. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002:146) ”data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya (tidak melalui media perantara)”. Yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara peneliti dengan informan secara langsung
a. Data Primer Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari sampel penelitian. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002:146) ”data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya (tidak melalui media perantara)”. Yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara peneliti dengan informan secara langsung
Tehnik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan jenis sumber data yang diproleh secara lisan dan tertulis. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Observasi Metode observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur yang terstandar (Arikunto, 2010:265). Observasi merupakan bentuk penerimaan data yang dilakukan dengan cara pengamatan kejadian dan pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diteliti. Observasi bukan hanya menentukan siapa yang akan diwawancara melainkan juga menetapkan konteks, kejadian, dan prosesnya.
b. Wawancara Wawancara adalah cara menghimpun bahan keterangan yang dilakukan dengan tanya jawab secara lisan secara sepihak berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditetapkan. Sudijono (1996: 82) ada beberapa kelebihan pengumpulan data melalui wawancara, diantaranya pewawancara dapat melakukan kontak langsung dengan peserta yang akan dinilai, data diperoleh secara mendalam, yang diinterview bisa mengungkapkan isi hatinya secara lebih luas, pertanyaan yang tidak jelas bisa diulang dan diarahkan yang lebih bermakna.
c. Dokumentasi Arikunto (2002: 206) metode dokumentasi adalah mencari data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Nawawi (2005:133) menyatakan bahwa studi dokumentasi adalah cara pengempulan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku mengenai pendapat, dalil yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.
Tehnik Analisis Data
Teknik analisis data adalah langkah dalam penelitian untuk menelaah data-data yang diperoleh sebagai bahan untuk menemukan standar yang diperoleh berdasarkan data-data tersebut. Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2006:248) menyatakan bahwa analisis data yaitu: upaya yang dilakukan dengan jalan yang bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-memilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensitesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari serta memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain. Dengan demikian, data yang telah dikumpulkan dari hasil wawancara dan studi kepustakaan atau dokumentasi dianalisis dan ditafsirkan untuk menegetahui maksud serta maknanya, kemudian dihubungkan dengan masalah penelitian. Data yang dikumpulkan disajikan dalam bentuk narasi dan kutipan langsung dari hasil wawancara.
Keabsahan Data
Menjamin keabsahannya dan agar dapat dipertanggung jawabkan hasil penelitiannya, maka perlu melakukan triangulasi. Menurut Moleong (2011:330) ”triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai penanding untuk data itu”. Menurut Danzim dalam Moleong (2011:330) membedakan “empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kontribusi Komoditas Jambu Mente di Pulau Kabaena Kabupaten Bombana Sulawesi Tenggara
Pada saat awal perkembangan pertanian jambu mente, belum dirasakan manfaat dan kegunaannya oleh masyarakat dunia. Jambu mente yang dipanen hanya akan menjadi makanan ringan atau sajian di saat musim lebaran. Bahkan jambu mente kdang-kadang hanya menjadi bahan mainan oleh anak-anak. Jenis es krim yang ada sekarang ini belum menggunakan kacang sebagai salah satu bahan pembuatannya. Namun pada perkembangannya, jambu mente ini sangat mendominasi penggunaannya dalam pembuatan berbagai jenis makanan ringan. Kondisi ini menjadikan jambu mente sangat diidolakan di tengah masyarakat.
Ditemukan fakta bahwa komoditi jambu mente adalah jenis pertanian yang paling banyak kontribusinya terhadap berbagai jenis pertanian di pulau Kabaena. Pada Tabel 1 tersebut terlibat jelas di Kecamatan Kabaena dengan luas lahan jambu mente sebanyak 2.495 ha, kecamatan Kabaena Utara sebanyak 436 ha, Kabaena Selatan sebanyak 1.459 ha, Kabaena Barat sebanyak 2.386 ha, dan kabaena Timur sebanyak 680 ha, dan Kabaena Tengah sebanyak 1.076 ha.
Proses perawatan pertanian jambu mente menghadapi musim berbuah di Pulau Kabaena Kabupaten Bombana Sulawesi Tenggara
Pada perkembangannya, masyarakat mulai menyadari bahwa tumbuhan diperlukan perawatan untuk menghasilkan buah yang diinginkan. Buahnya akan berkurang, bila perawatannya berkurang. Kulit buah atau biji jambu juga akan hitam apabila tidak terkena sinar matahari dengan baik. Begitu pula akan kurus atau kecil buahnya apabila kondisinya terganggu oleh tanaman lain yang tumbuh liar seperti rumput dan semak-semak.
Ditambah lagi dengan adanya kerja sama dengan pihak luar, dimana importir datang ke Kabaena untuk memberikan pengarahan atau penyuluhan dalam memperlakukan tanaman jambu mente untuk meningkatkan daya saing. Para inportir dari mancanegara tersebut membuka gudang di Kabaena untuk menampung hasil olahan jambu mente. Mereka juga berkantor di Kabaena guna memastikan setiap komoditi jambu mente yang mereka butuhkan sesuai dengan standar yang diharapkan.
Intinya, sepanjang tahun, jambu mente harus dirawat atau diperlakukan dengan baik agar perkembangannya baik dan tumbuhnya tidak banyak pengganggu dari jenis tanaman lain atau tumbuhan lain. Dengan perlakuan ini, maka kemungkinan jambu mente akan baik perkembangan dan pertumbuhannya sehingga memungkinkan hasil penen juga akan melimpah.
Bentuk kemitraan dalam proses pengolahan buah atau biji jambu mente untuk menjamin daya saing di pulau Kabaena Kabupaten Bombana Sulawesi Tenggara
Setelah dipanen, jambu harus dipanaskan atau dijemur di bawah sinar matahari agar buah yang belum maksimal bisa lebih kering saat dijemur. Penjemuran atau pemanasan ini dapat dilakukan dalam bentuk oven atau pemanas menggunakan api biasa, menggunakan listrik atau dengan cara menghamparkan di dalam gudang atau ruangan. Ini dilakukan untuk menghindari tumbuhnya jamur pada biji jambu mente. Jamur dapat mempengaruhi rasa biji jambu sehingga harus diantisipasi. Begitu pula dengan kondisi jambu yang masih basah atau belum sepenuhnya kering berpengaruh pada isi jambu mente tersebut.
Penjemuran terhadap biji jambu mente dilakukan sampai satu minggu bahkan bisa sampai sepuluh hari agar lebih maksimal hasilnya. Biasanya dalam penjemuran itu, jika kondisi matahari cukup bersinar atau cukup panas, maka dalam tiga hari sampai satu minggu itu dinyatakan sudah selesai penjemuran dimana biji jambu mente telah kering dan sesuai dengan standar yang diharapkan. Namun apabila kondisi penjemuran dalan satu minggu, hasilnya kurang maksimal, bisa ditambah jumlah hari penjemuran. Dengan kata lain, penjemuran bisa lebih lama lagi agar hasilnya benar-benar kering dan baik sesuai dengan standar yang baik.
Setelah benar-benar kering, selanjutnya bisa ditampung di gudang atau di tempat pengumpulan komoditi. Di sini masih akan dipilah-pilah lagi apabila ada buah atau biji jambu mente yang sudah terlanjur terhinggapi jamur. Bagi komoditi yang rusak atau berjamur, tentunya harus diperiksa lebih lanjut dengn mengambil sampel untuk membelah melihat kondisi real isi dalam jambu mente tersebut. Dari pengamatan itu, maka akan bisa dinilai isi jambu mente apakah masih layak atau tidak untuk digabung dengan yang lain yang siap untuk dijual bahkan siap untuk diekpor.
Prospek pengembangan jambu mente di pasar internasional dengan sistem agribisnis multinasional
Masyarakat tertarik untuk mempertahankan komoditi pertanian ini karena adanya keterlibatan atau kemitraan dengan masyarakat internasional seperti dari India dan Malaysia. Kualitas jambu mente semakin dipelihara dan ditingkatkan produktifitasnya di Kabaena dari tahun ke tahun secara professional mengikuti kaedah internasional mulai dari hulu hingga hilir. Kondisi ini menambah gairah dan semangat masyarakat untuk terus mempertahankan jambu mente di Kabaena sebagai produk yang telah lama memberi kontribusi yang besar.
Sampai sekarang, belum ada produk pertanian sebagai pengganti yang paten bagi masyarakat sampai tahun 2022. Seperti diketahui bahwa sangat banyak bantuan dan banyak pembagian bibit pertanian, seperti kelapa hibrida, pala, nilam, cengkeh, dan bibit jagung, bibit aren, serta bibit padi dalam berbagai jenis. Namun dari sekian banyak bibit pertanian tersebut, belum ada yang bisa menggantikan posisi jambu mente yang sudah lama dinikmati hasilnya oleh masyarakat. Bahkan padi, jagung, kakao atau biji coklat, dan kopi yang telah lama ditanam atau telah lama digeluti oleh masyarakat, nampak belum bisa menggantikan posisi jambu mente.
Ini menjadi bukti bahwa pertanian jambu mente, masih terus diminati dan masih terus memberi kontribusi bagi kehidupan masyarakat dimana secara umum masyarakat tetap mempertahankan jambu mente daripada harus dijual kepada penambang. Bahkan beberapa lahan yang secara tidak sengaja menggusur lahan jambu mente, masyarakat menuntut untuk ganti rugi atas kerugian yang ditimbulkan.
Fans
Fans
Fans
Fans