Wakil kepala BMKG, Guswanto, mengatakan, meski kenaikan suhu di sejumlah kota di Indonesia konsisten selama lima hari terakhir, namun tidak dapat dikategorikan sebagai gelombang panas.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan pada hari Kamis bahwa kenaikan suhu yang mempengaruhi beberapa kota di Indonesia bukanlah bagian dari gelombang panas yang saat ini melanda sebagian besar wilayah Asia Tenggara.

Wakil kepala BMKG, Guswanto, mengatakan meski kenaikan suhu di sejumlah kota di Indonesia sudah konsisten dalam lima hari terakhir, namun belum bisa dikategorikan sebagai gelombang panas.

“Jika kita melihat karakteristik fenomena serta indikator statistik berdasarkan pengamatan suhu maka itu tidak termasuk dalam kategori gelombang panas. Tidak memenuhi kriteria,” kata Guswanto seperti dikutip Antara.

Guswanto mengatakan kenaikan suhu di Indonesia justru disebabkan oleh sudut relatif matahari yang mempengaruhi jumlah sinar matahari yang menyambar bumi.

Sebagian besar wilayah Asia Tenggara dilanda gelombang panas yang telah melampaui rekor suhu dari Myanmar hingga Filipina dan memaksa jutaan anak untuk tinggal di rumah dari sekolah.

Pihak berwenang Thailand telah mengeluarkan peringatan tentang “kondisi parah”, sementara pihak berwenang di Kamboja, Myanmar, Vietnam, India, dan Bangladesh semuanya memperkirakan suhu di atas 40 derajat Celcius.

Filipina dan Bangladesh sama-sama menangguhkan kelas tatap muka, sementara India sedang meninjau apakah panas telah memengaruhi jumlah pemilih dalam pemilihan nasional.

Bahkan Jepang bagian utara telah terpengaruh: suhu di Sapporo Jepang bulan ini melewati 25 derajat C pada titik paling awal sepanjang tahun yang pernah tercatat.

Para ahli mengatakan perubahan iklim menyebabkan gelombang panas lebih sering yang lebih intens dan bertahan lebih lama.

Fenomena cuaca El NiñO juga berperan dalam membawa lebih banyak panas ke kawasan Asia tahun ini.